Assalammualaikum,…..
5 Pebruari
2019, teman-teman blogger Bengkulu mengingatkan bahwasanya tanggal itu adalah
hari kelahiran ibu Negara pertama Ibu Fatwati Soekarno, ribuan ucapan mengenang
beliau betebaran di media social, pikiran bunda melayang membayangkan sosok
yang sungguh mengagumkan.
Pigur
seorang wanita yang kuat yang telah menjalani hidup dengan penuh liku
perjuangan, susah, senang, sedih, bahagia semua ada pada beliau, dan tentunya
hal seperti itu jika dibandingkan dengan kehidupan kita saat ini tentunya jauh
berbeda, akan tetapi pikiran bunda melayang membayangkan posisi beliau saat
itu, kekaguman bunda tidak dapat dibendung, sungguh engkau seorang ibu, seorang
istri dan seorang ibu Negara yang sangat luar biasa, dan karena didorong rasa ingin tahu bunda berkunjung ke rumah Fatmawati yang sekarang mejadi museum Fatmawati di kelurahan penurunana Kota Bengkulu alhasil sejumlah informasi yang bunda dapat dari keluarga yang bertugas disana dan sejumlah catatan sejarah yang pernah bunda baca.
Mesin Jahit ibu Fatmawati di Rumah fatmawati kelurahan Penurunan |
Terlahir
dengan nama asli Fatimah dari pasangan suami istri Hasan din dan Siti
chodijah, dari nama dan identitas keluarga sangat jelas terlihat begitu
kental nuasa islam ada pada diri beliau, sebagai seorang putri dari seorang pengurus
organisasi islam yaitu Muhammadiyah, kuatnya prinsif Hasan din terhadap agama
dan organisasinya membuat dia mengambil keputusan untuk keluar sebagai seorang
pegawai perusahaan belanda saat itu, jadilah Fatimah kecil selalu ikut ayahnya
berpindah-pindah tempat dan pekerjaan.
Menilik
sejarah dan cerita Fatimah atau ibu Fatwati sebenarnya adalah
keturunan bangsawan di Bengkulu, ayahnya Hasan Din merupakan keturunan ke enam
dari putri Bunga melur, yang merupakan penguasa kerajaan Indrapura dari wilayah
muko-muko, putri Bunga belur artinya adalah putri yang cantik jelita, tidak
heran jika tabiat dari fatwati menggambarkan keagungan seorang putri.
Beliau
megenyam pendidikan di Hollandsehe school (HID) dan melanjutkan pendidikan
disebuah sekolah yang dikelolah oleh organisasi khatolik, sejak kecil fatmawati
aktif berorganisasi beliau aktif di Naysatul Asyiyah sebuah organisasi
perempuan dibawah Muhammadiyah.
Cantik, berwibawa ibu Fatmawati di setiap kesempatan mendampingi Soekarno |
Lingkungan
keluarga sangat berpengaruh terhadap pembentukkan jati diri seseorang, begitu
juga dengan fatmawati remaja, ajaran agama yang kental dalam keluarga di tambah
situasi politik yang merebaknya perjuangan rakyat melawan penjajah telah
membentuk kepribadian yang kuat pada diri fatmawati, membentuk karakter
fatmawati bukan sekedar seorang anak yang patuh pada orang tua dan tradisi akan
tetapi cenderung menyikapi kehidupan dengan social culturalnya.
Mau tau kapan dan bagaimana fatmawati menjahit bendera baca juga yach
Mau tau kapan dan bagaimana fatmawati menjahit bendera baca juga yach
Rutinitas kehidupan sehari-hari belajar mengaji setiap hari
membantu mengurus pekerjaan orang tuanya. Jadwal belajar yang padat dengan
pemandangan sehari-hari selalu dijadikannya sebagai bahan ajaran bagi
kehidupannya. Bahkan di usia yang masih remaja, atau kalau boleh dibilang masih
anak-anak, Fatmawati telah mengalami pencerahan yang cukup matang sehingga
mampu melampaui batas-batas nilai kapasitas umumnya anak remaja. Bersekolah
sambil berjualan untuk membantu meringankan beban orang tuanya, menunggu
warung, serta berobat sendiri ke rumah sakit, merupakan bukti diri akan
semangat kemandirian serta rasa percaya diri yang matang,
Sejumlah kenangan yang di tinggal di Rumah Kediaman yang sekarang menjadi musium Fatmawati Soekarno |
Memiliki prinsif yang teguh dan kokoh, serta kemandirian terpancar jelas dalam sikap dan kepribadiannya , hal ini juga yang membuat Soekarno saat itu yang sedang menjalani masa pengasingan di Bengkulu dan sempat menjadi guru fatmawati merasa sangat tertarik, fatmawati remaja sudah dapat diajak berdiskusi tentang filsafat islam. Hokum-hukum islam, dan prinsif-prinsif kehidupan islam. Soekarno sendiri sebagai gurunya mengakui kecerdasan fatmawati dalam buku (Cindy Adams, 1966 185-198)
Walaupun
fatmawati hanya seorang gadis remaja umur 15 tahun akan tetapi dia sudah sangat
mengerti tentang kehidupan dan culture social lingkungan, ketajaman berpikir,
prinsif kemandirian, keteguhan pada pendirian medorong beliau menjadi sosok
yang tidak mudah goyah. Oleh karena itu pada saat Soekarno melamar beliau
meskipun secara emosional rasa ketertarikan beliau dengan sosok soekarno tidak
semerta-merta membutakan beliau untuk begitu saja bersedia di persunting
soekarno, rasa empati antara sesama perempuan sudah dimilikinya, beliau sudah
memahami sangat tidak menguntungkan posisi seorang perempuan dalam lingkungan
social jika di poligami oleh karena itu fatmawati remaja menolak prinsif
poligami, sebagaimana di ketahui saat itu soekarno sudah memiliki ibu Inggit
sebagai istri pertama beliau, syarat fatmawati untuk tidak di poligami
merupakan keputusan yang sangat berat diambil oleh soekarno pada waktu itu.
Fatmawati telah mengawali perjuangan akan harkat dan martabat kaum perempuan
jauh sebelum peraturan pemerintah untuk Pegawai negeri dan undang-undang
perkawinan yang ada, dan isu gender yang marak saat ini.
Bukan hanya
itu Fatmawati sangat kuat dengan pendiriannya nya niat menikah dengan soekarno
walaupun Soekarno sudah tidak berada di Bengkulu tetap dilangsungkan setelah
Soekarno berpisah dari ibu Inggit pada bulan juni tahun 1943 dengan cara
perwakilan fatmawati menikah dengan Soekarno dan segera menyusul suami tercinta
ke Jakarta untuk melanjutkan perjuangan yang lebih besar sebagai seorang istri.
Fatmawati sangat kita kenal sebagai penjahit bendera pusaka
Merah Putih yang di kibarkan saat proklamasi kemerdekaan di rumah Soekarno di
jl. Pegangsaan Timur Jakarta. Pernahkah kita bertanya siapa sebenarnya yang
menyuruh beliau atau darimana pemikiran beliau tentang menjahit bendera pusaka
Lalu, siapakah di antara tokoh pejuang bangsa Indonesia yang telah memikirkan
tentang arti sebuah bendera bagi sebuah kemerdekaan bangsa?.
Kenyataannya selama ini belum pernah ada klaim dari
salah seorang pejuang yang mengaku telah mempersiapkan sebuah bendera untuk
Kemerdekaan Indonesia, kecuali Ibu Fatmawati. Untuk lebih jelasnya, berikut
petikan dari karya tulisan beliau yang berjudul: Catatan Kecil Bersama Bung
Karno (Fatmawati, 1978: 86): Ketika akan melangkahkan kakiku keluar dari pintu
terdengarlah teriakan bahwa bendera belum ada, kemudian aku berbalik mengambil
bendera yang aku buat tatkala Guntur masih dalam kandungan, satu setengah tahun
yang lalu. Bendera itu aku berikan pada salah seorang yang hadir di tempat di
depan kamar tidurku.(riwayat hidup fatmawati).
Satu lagi bukti bahwasanya semangat perjuangn dalam
diri fatmawati sangatla kental, Mendampingi suami yang notabane nya adalah
seorang pejuang mendorong fatmawati untuk memaksimalkan potensi yang ada dalam
diri dalam mendukung perjuangn suami, di saat semua sibuk memperjuangkan
kemerdekaan famawati telah mempersiapkan bendera jauh hari sebelum hari
kemerdekaan tiba. Betul-betul tidak bisa di ukur semangat perjuangan dalam diri
fatmawati sang ibu Negara Republik Indonesia yang pertama ini.
Semoga semangat perjuangan mu selalu melekat di hati kami aaminn... |
Masih banyak cerita tentang fatmawati soekarno, tidak
dapat bunda tuangkan disini semuanya yang pasti kita jangan perna malas untuk
membaca, menyimak perjuangan dan jiwa patriot para pahlawan kita dan tentunya
harapan bunda pada generasi muda semua,
Tulisan ini di buat dalam rangka menjawab tantangan
#Nulisserempak12 dari #BloggerBengkulu
7 Komentar
Aku suka deh baca biografi sejarah kayak gini, hebat yaa Bu Fatmawati dari usia 15 tahun udah mandiri dan secerdas itu, banyak sifat beliau yang perlu kita teladani yah..
BalasHapusBanyak pelajaran yang bisa kita petik dari membaca sejarah yach mbank inka
BalasHapusSaya bangga sekali saat tahu ada wanita yang berperan penting dalam sejarah Indonesia. Terlebih wanita itu dari Bengkulu.
BalasHapusBengkulu menjadi semakin keren dengan adanya sang penjahit bendera merah putih
BalasHapusIbu Fatmawati memang sosok yang telah berjasa buat Indonesia,apalagi ibu Fatmawati lahirnya dibengkulu serta dibesarkan di Bengkulu, jadi tambah bangga dgn Bengkulu.
BalasHapusdengan banyaknya tulisan yang membahas tentang Ibu Fatmawati, akan mengingatkan generasi muda terutama genersi muda bengkulu bahwa punya wanita hebat yang dapat menjadi kebanggaan dan keteladanan.
BalasHapusIbu kita kartini dan ibu fatmawati .Hihiii .
BalasHapus